Senin, 23 November 2015

pengertian aerosol

PENGERTIAN AEROSOL



I.1 Pengertian secara umum
Aerosol merupakan istilah yang digunakan untuk sediaan semprotan kabut tipis dari sistem bertekanan tinggi. Sering disalah artikan pada semua jenis sediaan bertekanan, sebagian diantaranya melepaskan busa atau cairan setengah padat.
I.2 Menurut FI III
Aerosol adalah sediaan yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam wadah yang diberi tekanan, berisi propelan atau campuran propelan yang cukup untuk memancarkan isinya hingga habis, dapat digunakan untuk obat luar atau obat dalam dengan menggunakan propelan yang cukup.
I.3 Menurut FI IV
Aerosol farmasetik adalah sediaan yang dikemas dibawah tekanan, mengandung zat aktif terapeutik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan. Sediaan ini digunakan untuk pemakaiaan topical pada kulit dan juga pemakaiaan local pada hidung ( aerosol nasal ), mulut ( aerosol lingual ) atau paru-paru ( aerosol inhalasi ) ukuran partikel untuk aerosol inhalasi harus lebih kecil dari 10 mm, sering disebut juga “ inhaler dosis turukur “. Aerosol Busa adalah emulsi yang  mengandung satu atau lebih zat aktif, surfaktan, cairan mengandung air atau tidak, dan propelan.
Dalam literatur lain, aerosol adalah suatu sistem koloid lipofob (hidrofil), dimana fase eksternalnya berupa gas atau campuran gas dan fase internalnya berupa partikel zat cair yang terbagi sangat halus atau partikel-partikelnya tidak padat, ukuran partikel tersebut  lebih  kecil dari 50 mm. jika partikel internal terdiri dari partikel zat cair, system koloid itu berupa awan atau embun. Jika partikel internal terdiri ndari partikel zat padat, system koloid itu berupa asap atau debu.

BAG II
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PEMAKAIAN AEROSOL
II.1 Keuntungan pemakaian aerosol
            Beberapa keistimewaan aerosol farmasi yang dianggap menguntungkan lebih dari bentuk sediaan lain adalah sebagai berikut :
a.  Sebagian obat dapat dengan mudah diambil dari wadah tanpa sisanya menjadi tercemar atau terpapar.
b.  Berdasarkan pada wadah aerosol yang kedap udara, maka zat obat terlindung dari pengaruh yang tidak diinginkan akibat O2 dan kelembapan udara.
c.  Pengobatan topikal dapat diberikan secara merata, melapisi kulit tanpa menyentuh daerah yang diobati.
d.  Dengan formula yang tepat dan pengontrolan katup, bentuk fisik dan ukuran partikel produk yang dipancarkan dapat diatur yang mungkin mempunyai andil dalam efektivitas obat; contohnya, kabut halus yang terkendali dari aerosol inhalasi.
e.  Penggunaan aerosol merupakan proses yang “bersih,” sedikit tidak memerlukan “pencucian” oleh pemakainya.
f. Mudah digunakan dan sedikit kontak dengan tangan
g. Bahaya kontaminasi tidak ada karena wadah kedap udara
h. Iritasi yang disebabkan oleh pemakaian topikal dapat dikurangi
I .Takaran yang dikehendaki dapat diatur
j. Bentuk semprotan dapat diatur

II.2 Kerugian pemakaian aerosol
            Kerugian bentuk sediaan aerosol dalam bentuk MDI (Metered Dose Inhalers) :
a. MDI biasanya mengandung bahan obat terdispersi dan masalah yang sering timbul berkaitan dengan stabilitas fisiknya;
b. Seringnya obat menjadi kurang efektif;
c. Efikasi klinik biasanya tergantung pada kemampuan pasien menggunakan MDI dengan baik dan benar.
BAG III
JENIS ATAU SYSTEM AEROSOL
III.1 System 2 fase (gas dan cair)
A. Terdiri atas larutan zat aktif dalam propelan cair dan propelan bentuk uap ,
B. sebagai Pelarut digunakan  etanol, propilenglikol, PEG untuk menambah kelarutan zat aktif.
C. Fase gas dan fase cair atau fase gas dan fase padat untuk aerosol yang berbentuk serbuk
D.  fase cair dapat terdiri dari komponen zat aktif / campuran zat aktif dan propelan cair / komponen propelan yang dilarutkan di dalamnya. Yang termasuk system ini antara lain yaitu :
            a. aerosol ruang ( space sprays) : insektisida, deodorant
            b. aerosol pelapis permukaan ( surface coating sprays ) : cat, hair sprays
aerosol system dua fase ini beroperasi pada tekanan 30 – 40 p.s.i.g ( pounds per square in gauge ) pada suhu 21ºC.

III.2 System 3 fase (gas, cair, padat atau cair)
            Terdiri dari suspense atau emulsi zat aktif, propelan cair dan uap propelan. Suspense terdiri dari zat aktif yang dapat di dispersikan dalam system propelan dengan zat tambahan yang sesuai seperti zat pembasah atau bahan pembawa padat seperti talk dan silica koloida.
            Aerosol system 3 fase ini beroperasi pada tekanan 15 p.s.i.g ( pounds per square in gauge) pada suhu 21ºC.

BAG IV
KOMPONEN AEROSOL
IV.1  Wadah
Berbagai bahan yang telah digunakan dalam pembuatan wadah aerosol, termasuk (1) gelas, dilapisi atau tidak dilapisi plastik; (2) logam, termasuk kaleng yang disepuh dengan baja, aluminium dan baja tidak berkarat (stainless steel); dan (3) plastik. Pemilihan wadah untuk produk aerosol berdasarkan pada kemampuan penyesuaiannya terhadap cara pembuatan, ketercampurannya dengan komponen formula, kemampuannya untuk menahan tekanan yang diharapkan produk, kepentingannya dalam model dan daya tarik estetik pada bagian pembuatan pembiayaan.
Ini bukan untuk kerapukan dan bahaya pecahnya, wadah gelas lebih dipilih untuk sebagian besar aerosol. Gelas mencegah lebih banyak persoalan yang disebabkan oleh ketidak campuran secara kimia dengan formulasi dari pada yang terjadi dengan wadah logam dan bukan menjadi sasaran karat. Gelas juga lebih dapat disesuaikan dengan kreativitas model. Segi negatifnya, wadah gelas harus direncanakan tepat untuk menghasilkan tekanan maksimum yang aman dari daya tahan tekan yang kuat. Lapisan plastik umum dipakai di permukaan luar wadah gelas untuk membuatnya lebih tahan terhadap kepecahan yang tidak disengaja, dan bila pecah, lapisan plastik mencegah penyebaran pecahan-pecahan gelas. Bila tekanan total sistem aerosol di bawah 25 p.s.i.g dan tidak lebih dari 50% propelan digunakan, wadah gelas diperhitungkan cukup aman. Bila diperlukan, lapisan dalam wadah gelas dapat dilapisi, untuk membuatnya lebih tahan terhadap zat-zat kimia dari bahan-bahan formulasi.
Pada saat sekarang, wadah kaleng yang disepuh dengan baja yang paling banyak digunakan dari wadah logam untuk aerosol. Karena bahan awal yang digunakan dalam bentuk lapisan-lapisan, tabung aerosol yang lengkap dilipat dan dipatri untuk mendapatkan unit yang tertutup. Bila dikehendai, lapisan penjaga khusus digunakan dalam wadah untuk mencegah berkarat dan interaksi antara wadah dan formula. Wadah harus dicoba hati-hati sebelum diisi. Untuk menjamin bahwa tidak ada kebocoran pada lipatan atau pada lapisan penjaga, yang akan membuat wadah lemah atau menjadi sasaran karat.
Wadah aluminium terbanyak dibuat dengan penjuluran atau dengan cara lain yang membuatnya tanpa lipatan. Wadah ini mempunyai keuntungan melebihi jenis wadah yang dilipat dalam hal keamanannya terhadap kebocoran, ketidakcampuran, dan karat. Baja tidak berkarat, digunakan untuk mendapatkan wadah aerosol volume kecil tertentu dimana dibutuhkan daya tahan yang besar terhadap zat-zat kimia. Keterbatasan pemakaian baja tidak berkarat ini adalah biayanya yang tinggi.
Wadah plastik tidak selalu berhasil baik sebagai pengemas aerosol karena sifatnya yang tidak ditembus oleh uap dalam wadah. Juga, interaksi tertentu obat plastik telah terjadi yang mempengaruhi penglepasan obat dari wadah dan menurunkan efektivitas produk.
IV.2  Propelan
Propelan berfungsi memberikan tekanan yang dibutuhkan untuk mengeluarkan bahan dari wadah dan dalam kombinasi dengan komponen lain mengubah bahan ke bentuk fisik yang diinginkan. Sebagai propelan digunakan gas yang dicairkan atau gas yang dimampatkan misalnya hidrokarbon, khususnya turunan fluoroklorometana, etana, butana dan pentana (gas yang dicairkan), CO2, N2, dan Nitrosa (gas yang dimampatkan).Sistem propelan yang baik harus mempunyai tekanan uap yang tepat sesuai dengan komponen aerosol lainnya.
IV.3  Konsentrat mengandung zat aktif
Konsentrat zat aktif menggunakan pelarut pembantu untuk memperbaiki kelarutan zat aktif/zat berkhasiat atau formulasi dalam propelan, misalnya etanol, propilenglikol, PEG.


IV.4 Katup
Fungsi katup terpasang adalah untuk memungkinkan penglepasan isi wadah dari tabung dalam bentuk yang diinginkan dengan kecepatan yang diinginkan dan dengan adanya katup yang berukuran, dalam jumlah/dosis yang tepat. Bahan yang digunakan dalam pembuatan katup harus disetujui oleh FDA. Di antara bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan berbagai katup ialah plastik, karet, aluminium, dan baja tidak berkarat.
Katup aerosol terpasang biasanya terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut :
a. Aktuator; Aktuator adalah konsep yang ditekankan oleh pemakai untuk mengaktifkan katup terpasang untuk pemancaran produk. Aktuator memungkinkan pembukaan dan penutupan katup dengan mudah. Ini terjadi lewat lubang pada aktuator dimana produk dilepaskan. Modal ruang dalam dan ukuran lubang pemancar di aktuator berperan pada bentuk fisik produk yang dilepas (kabut, semprotan halus, aliran zat padat, atau busa). Campuran jenis dan jumlah propelan yang digunakan, model aktuator dan ukuran mengontrol besarnya partikel produk yang dipancarkan. Lebih besar lubang (dan lebih sedikit propelan) yang digunakan untuk memancarkan produk dalam bentuk busa atau aliran padat dibandingkan untuk memancarkan produk dalam bentuk semprotan atau kabut.
b. Tangkai; Tangkai membantu aktuator dan pengeluaran produk dalam bentuk yang tepat ke ruangan aktuator.
c. Pengikat; Pengikat ditempatkan dengan tepat (pas) terhadap tangkai, untuk mencegah kebocoran formula bila katup pada posisi tertutup.
d. Pegas; Pegas memegang pengikat pada tempatnya dan juga merupakan mekanisme yang menarik kembali aktuator ketika tekanan dilepaskan, kemudian mengembalikan katup ke posisi semula.
e. Lengkungan bantalan; Lengkungan bantalan terikat pada tabung aerosol atau wadah, berperan dalam pemegangan katup ditempatkannya. Karena bagian bawah lengkung bantalan ini terkena formula, maka ia harus mendapat perhitungan atau pertimbangan yang sama dengan bagian dalam wadah, agar kriteria ketercampuran dipenuhi. Bila diperlukan, harus dilapisi dengan bahan yagn inert (seperti resin epoksi atau vinil) untuk mencegah interaksi yang tidak dikehendaki.
f. Badan; Badan terletak langsung di bawah lengkung bantalan berperan dalam menghubungkan pipa tercelup dengan tangkai dan aktuator. Bersama dengan tangkai, lubangnya membantu menentukan kecepatan penglepasan bentuk produk yang dikeluarkan.
g. Pipa tercelup; Pipa tercelup, memanjang dari badan menurun masuk ke dalam produk, berperan untuk membawa formula dari wadah ke katup. Kekentalan produk dan kecepatan penglepasan yang dituju ditentukan oleh besarnya pelebaran dimensi (ukuran) dalam pipa tercelup dan badan untuk produk tertentu.
Aktuator, tangkai, badan, dan pipa tercelup umumnya dibuat dari plastik, lengkung bantalan dan pegas dari logam, pengikat dari karet atau plastik yang sebelumnya telah diteliti ketahannya terhadap formula.
Katup pengukur digunakan bila formula adalah obat yang kuat, seperti pada terapi inhalasi. Di sini dipakai sistem katup pengukur, jumlah bahan yang dilepaskan diatur oleh ruang katup pembantu berdasarkan pada kapasitasnya atau ukurannya. Tekanan tunggal pada aktuator menyebabkan pengosongan ruangan ini dan penglepasan ini. Keutuhan ruang dikontrol oleh mekanisme dua katup. Bila katup aktuator pada posisi tertutup, penutup antara ruang dan udara luar diaktifkan. Akan tetapi, pada posisi ini ruangan dimungkinkan untuk diisi dengan isi dari wadah karena penutup antara ruang dengan wadah terbuka. Penekanan aktuator menyebabkan pembalikan secara serentak kedudukan penutup, ruang menjadi terbuka ke arah udara luar, melepaskan isinya dan pada waktu yang sama ruang tertutup terhadap isi wadah. Pada penglepasan aktuator, sistem dikembalikan untuk mendapatkan dosis berikutnya. USP memuat pemeriksaan penentuan jumlah yang dilepas katup pengukur secara kuantitatif.
Produk aerosol hampir seluruhnya mempunyai tutup pengaman atau penutup yang pas tepat di atas katup dan lengkung bantalan. Pemberian tutup ini untuk menjaga katup dari pengotoran debu dan kotoran. Tutup umumnya dibuat dari plastik atau logam dan juga memberi fungsi dekoratif.

BAG V
PEMBUATAN AEROSOL

V.1 Proses pengisian dengan pendinginan
Konsentrat ( umumnya di dinginkan smpai suhu dibawah 0 ºC ) dan propelan dingin yang telah di ukur, dimasukan dalam wadah terbuka ( biasanya wadah telah didinginkan ). Katup penyemprot kemudian di pasang pada wadah hingga membentuk tutup kedap tekanan.
Selama interval antara penambahan propelan dan pemasangan katup terjadi penguapan propelan yang cukup untuk mengeluarkan udara dari wadah.

V.2 Proses pengisian dengan tekanan ( Panas )
Hilangkan udara dalam wadah dengan cara penghampaan atau dengan menambah sedikit propelan, isikan konsentrat ke dalam wadah, tutup kedap wadah. Isikan propelan melalui lubang katup dengan cara penekanan, atau propelan di biarkan mengalir dibawah tutup katup, kemudian katup di tutup ( pengisian dilakukan di bawah tutup ).
Pengendalian proses pembuatan biasanya meliputi pemantauan formulasi yang sesuai dan bobot pengisi propelan serta uji tekanan dan uji kebocoran pada produk akhir aerosol.

BAG VI
FORMULASI AEROSOL

Formulasi aerosol terdiri dari dua komponen yang esensial :
A.    Bahan obat yang terdiri dari zat aktif dan zat tambahan (pelarut, antioksidan, dansurfaktan)
  1. Propelan dapat (tunggal atau campuran)

Zat tambahan dan propelan tersebut sebelum di formulasikan harus diketahui betul- betul sifat fisika dan kimianya dan efek yang ditimbulkan terhadap sediaan jadi. Tergantung dari type aerosol yang di pakai, aerosol farmasi dapat dibuat sebagai embun halus, pancaran basah, busa stabil.


BAG VII
CARA KERJA AEROSOL
Aerosol bekerja dengan dasar sebagai berikut :
A.    Jika suatu gas yang dicairkan berada daalam wadah yang tertutup, maka sebagai dari gas tersebut akan menjadi uap dan sebagian lagi tetap cair. Dalam keaadaan keseimbangan, fase uap naik, fase cair turun.
B.     Komponen zat aktif dari obat dilarutkan / di dispersikan dalam fase cair dri gas tersebut.
C.     Fase uap gas memberi tekanan pada dinding dan pernukaan fase cair.
D.    Jika pada fase cair dimasukan tabung yang pangkalnya melekap pada katup dan hanya ujungnya yang masuk ke fase cair, maka karena tekanan uap tersebut, fase cair akan naik melalui tabung ke lubang katup.
E.     Jika tombol pembuka ( actuator ) ditekan, katup terbuka, fase cair didorong keluar selama actuator ditekan.
F.      Fase gas yang berkurang akan terisi kembali oleh fase cair yang menguap.
G.    Fase cair yang keluar bersama zat aktif, karena titik didihnya terlampaui, akan menguap di udara menyebabkan terjadinya bentuk semprotan atau spray.

BAG VIII
PEMERIKSAAN

VIII.1 Derajat semprotan
Derajat semprot adalah angka yang menunjukkan jumlah bobot isi aerosol yang disemprotkan dalam satu satuan waktu tertentu dinyatakan dalam gram tiap detik.
Caranya:
·         Pilih tidak kurang dari 4 wadah
·         Tekan actuator masing-masing wadah selama 2 sampai 3 detik
·         Timbang sesama masing-masing wadah, celupkan ke dalam penangas air pada suhu 25C sampai tekanan tetap
·         Keluarkan wadah dari penangas air dan keringkan
·         Tekan actuator masing-masing wadah selama 5,0 detik, lalu timbang masing-masing wadah
·         Masukkan kembali ke dalam penangas air bersuhu tetap dan ulangi percobaan tiga kali untuk masing-masing wadah
·         Hitung derajat semprotan rata-rata masing-masing wadah dalam gram per detik.
VIII.2 Pengujian kebocoran
            Caranya:
·         Pillih 12 wadah, catat tanggal dan waktu (pembulatan sampai ½ jam)
·         Timbang wadah satu persatu (pembulatan sampai mg), catat bobot sebagai W1
·         Biarkan wadah dalam posisi tegak selama tidak kurang dari 3 hari pada suhu kamar
·         Timbang kembali wadah satu persatu, catat bobot sebagai W2
·         Hitung waktu perobaan dan catatwaktu sebagai T (dalam jam)
·         Hitung derajat kebocoran (Dkb) masing-masing wadah dalam tiap tahun dengan rumus:
Dkb =(W1-W2) x (365/T) x 24
            Bobot tertera dalam etiket
·         Sediaan memenuhi syarat jika DKb rata-rata tiap tahun dari 12 wadah tidak lebih dari 3,5% dan jika tidak satupun bocor lebih dari 5% pertahun
·         Jika satu wadah bocor lebih dari 5% pertahun, tetapkan DKb dengan menggunakan 24 wadah lainnya
·         Sediaan memenuhi syarat jika dari 36 wadah, tidak lebih dari 2 wadah yang bocor lebih dari 5% pertahun dan tidak satupun wadah lebih dari 7% pertahun, dari bobot yang  tertera pada etiket.
VIII.3 Pengujian tekanan
            Caranya:
·         Pilih tidak kurang dari 4 wadah
·         Lepaskan tutup, celupkan dalam penangas air pada suhu tetap 25C sampai tekanan tetap
·         Keluarkan wadah dari penangas, kocok baik-baik
·         Lepaskan akuator an keringkan
·         Ukur tekanan dengan memasang alat ukur tekanan pada tangkai katup
·         Baca tekanan dalam wadah pada alat pengukur tekanan.


BAG IX
SIGNATURA

Signatura pada sediaan aerosol itu misalnya pada obat alupent aerosol:
A.    S.Nebulizer, 1-2 kali ( semprotkan kedalam mulut sehari 1-2 kali ).
B.     S. Semprotkan jika pernafasan terganggu.
C.     S. semprotkan jika perlu.


BAG X
INHALASI

X.1 Pengertian inhalasi
Inhalasi adalah sediaan obat atau larutan atau suspense terdiri atas satu atau lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran nafas hidung atau mulut untuk memperoleh efek local dan sistemik.
Cara memberikan obat melalui hirupan tersebut dikenal sebagai terapi inhalasi. Secara garis besar ada 3 macam alat/jenis terapi inhalasi, yaitu nebulizer, MDI (metered dose inhaler), dan DPI (dry powder inhaler). Jenis DPI yang paling sering digunakan adalahturbuhaler. Terapi inhalasi memiliki keuntungan dibandingkan dengan cara oral (diminum) atau disuntik, yaitu langsung ke organ sasaran, awitan kerja lebih singkat, dosis obat lebih kecil, dan efek samping juga lebih kecil.
Untuk mendapatkan manfaat obat yang optimal , obat yang diberikan per inhalasi harus dapat mencapai tempat kerjanya di dalam saluran napas. Obat yang digunakan biasanya dalam bentuk aerosol, yaitu suspensi partikel dalam gas. Pemakaian alat perenggang (spacer) mengurangi deposisi (penumpukan) obat dalam mulut (orofaring), sehingga mengurangi jumlah obat yang tertelan, dan mengurangi efek sistemik. Deposisi (penyimpanan) dalam paru pun lebih baik, sehingga didapatkan efek terapetik (pengobatan) yang baik. Obat hirupan dalam bentuk bubuk kering (DPI = Dry Powder Inhaler) seperti Spinhaler, Diskhaler, Rotahaler, Turbuhaler, Easyhaler, Twisthaler memerlukan inspirasi (upaya menarik/menghirup napas) yang kuat. Umumnya bentuk ini dianjurkan untuk anak usia sekolah.
Jenis Terapi Inhalasi
Pemberian aerosol yang idel adalah dengan alat yang sederhana, mudah dibawa, tidak mahal, secara selektif mencapai saluran napas bawah, hanya sedikit yang tertinggal di saluran napas atas, serta dapat digunakan oleh anak, orang cacat, dan orang tua. Namun keadaan ideal tersebut tidak dapat sepenuhnya tercapai.

Berikut beberapa alat terapi inhalasi:
A.      Metered Dose Inhaler (MDI)
  1. MDI tanpa Spacer
  2. Spacer (alat penyambung)
 akan menambah jarak antara alat dengan mulut, sehingga kecepatan aerosol pada saat dihisap menjadi berkurang. Hal ini mengurangi pengendapan di orofaring (saluran napas atas). Spacer ini berupa tabung (dapat bervolume 80 ml) dengan panjang sekitar 10-20 cm, atau bentuk lain berupa kerucut dengan volume 700-1000 ml. Penggunaan spacer ini sangat menguntungkan pada anak.
D.      Dry Powder Inhaler (DPI)
Penggunaan obat dry powder (serbuk kering) pada DPI memerlukan hirupan yang cukup kuat. Pada anak yang kecil, hal ini sulit dilakukan. Pada anak yang lebih besar, penggunaan obat serbuk ini dapat lebih mudah, karena kurang memerlukan koordinasi dibandingkan MDI. Deposisi (penyimpanan) obat pada paru lebih tinggi dibandingkan MDI dan lebih konstan. Sehingga dianjurkan diberikan pada anak di atas 5 tahun.
E.       Nebulizer
Alat nebulizer dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol secara terus-menerus, dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan, atau gelombang ultrasonik. Aerosol yang terbentuk dihirup penderita melalui mouth piece atau sungkup.
Bronkodilator yang diberikan dengan nebulizer memberikan efek bronkodilatasi (pelebaran bronkus) yang bermakna tanpa menimbulkan efek samping. Hasil pengobatan dengan nebulizer lebih banyak bergantung pada jenis nebulizer yang digunakan. Ada nebulizer yang menghasilkan partikel aerosol terus-menerus, ada juga yang dapat diatur sehingga aerosol hanya timbul pada saat penderita melakukan inhalasi, sehingga obat tidak banyak terbuang
X.2 Pemakaian inhalasi salbutamol
Kata asma berasal dari bahasa Yunani “asthma” yang berarti sukar bernafas. Asma termasuk salah satu penyakit yang memiliki angka kejadian yang relatif tinggi di Indonesia. Oleh karena itu, kata ”asma” tentu sudah tidak terdengar asing lagi bagi sebagian besar masyarakat. Penyakit asma bisa bisa muncul kapan saja dan bisa diderita oleh siapa saja tanpa pandang bulu, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa, baik wanita maupun laki-laki. Saat kambuh, panderita akan mengalami sesak nafas sehingga aktivitas sehari-hari, seperti sekolah maupun kerja, bisa terganggu. Selain mengganggu aktivitas, penyakit ini bahkan bisa menyebabkan kematian bila tidak ditangani secara cepat dan tepat. Namun jika penyakit ini dikendalikan, kematian dapat dicegah dan penderita asma tak perlu mengalami serangan lagi atau gejalanya berkurang. Untuk dapat mengetahui bagaimana cara pencegahan dan pengobatan yang tepat untuk asma, maka penderita perlu mengenal lebih jauh tentang asma terlebih dahulu.

Asma adalah penyakit yang disebabkan karena adanya inflamasi (peradangan) kronis pada saluran pernafasan, yang belum diketahui secara pasti penyebabnya. Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya asma antara lain adalah: infeksi saluran pernafasan, alergen (debu, bulu hewan, serbuk sari, dll), kondisi lingkungan (udara dingin, asap rokok), stress, olahraga berat, obat (aspirin, NSAIDs, β-blocker). Adanya peradangan membuat saluran pernafasan menjadi sangat sensitif terhadap rangsangan dan mudah mengalami penyempitan. Penyempitan ini menyebabkan udara yang masuk dan keluar saluran pernafasan terhalang sehingga penderita menjadi sesak. Selain itu, serangan asma juga sering disertai dengan serangan batuk, nafas pendek, rasa sesak di dada. Pada asma yang sudah parah biasanya juga ditandai dengan wheezing atau “mengi”, terutama pada malam hari. Penyempitan saluran nafas pada asma bersifat reversible dan serangan biasanya berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam.

Kelainan utama penyakit asma adalah peradangan saluran nafas, sehingga pengelolaan/pengobatannya bukan hanya ditujukan untuk menghilangkan gejala sesak nafas semata, tetapi juga berbagai tujuan berikut yaitu, agar penderita mempunyai fungsi paru mendekati normal dan gejala asmanya menghilang atau minimal. Tujuan lainnya adalah agar serangan asma minimal, pemakaian obat untuk serangan sesak berkurang, dan tidak ditemukan efek samping obat.

Secara umum, ada 2 cara untuk mengatasi asma yaitu dengan terapi non-farmakologis (tanpa obat) dan terapi farmakologis (dengan obat). Terapi non farmakologis dapat dilakukan dengan menghindari faktor-faktor resiko yang dapat menimbulkan asma serta dengan melakukan olahraga ringan seperti renang.

Adapun untuk terapi farmakologis, ada dua jenis obat yang biasa digunakan yaitu quick-relief dan long-term control. Kedua jenis obat tersebut memiliki cara kerja yang berbeda. Obat-obat quick-relief, misal bronkodilator, bekerja dengan merelaksasi otot-otot di saluran nafas sehingga saluran nafas yang semula menyempit akan melebar kembali dan penderita mampu bernafas dengan lega. Dengan demikian, obat-obat ini lebih efektif digunakan saat serangan asma terjadi. Adapun obat-obat long-term relievers digunakan untuk mencegah timbulnya serangan asma dengan mengatasi peradangan di saluran pernafasan agar tidak semakin memburuk, antara lain dengan mengurangi udem. Contoh obat yang termasuk long-term relievers ini adalah kortikosteroid.

Salbutamol merupakan salah satu bronkodilator yang paling aman dan paling efektif. Tidak salah jika obat ini banyak digunakan untuk pengobatan asma. Selain untuk membuka saluran pernafasan yang menyempit, obat ini juga efektif untuk mencegah timbulnya exercise-induced broncospasm (penyempitan saluran pernafasan akibat olahraga). Saat ini, salbutamol telah banyak beredar di pasaran dengan berbagai merk dagang, antara lain: Asmacare, Bronchosal, Buventol Easyhaler, Glisend, Ventolin, Venasma, Volmax, dll. Selain itu, salbutamol juga telah tersedia dalam berbagai bentuk sediaan mulai dari sediaan oral (tablet, sirup, kapsul), inhalasi aerosol, inhalasi cair sampai injeksi. Adapun dosis yang dianjurkan adalah sebagai berikut:

A. Sediaan oral

Anak  : 200 mcg/kg BB diminum 4 kali sehari

· Anak 2-6 tahun : 1-2 mg 3-4 kali sehari

· Anak 6-12 tahun : 2 mg diminum 3-4 kali sehari

· Dewasa : 4 mg diminum 3-4 kali sehari, dosis maksimal 1 kali minum sebesar 8 mg

Catatan : dosis awal untuk usia lanjut dan penderita yang sensitif sebesar 2 mg

Ø Inhalasi aerosol

* Anak : 100 mcg (1 hisapan) dan dapat dinaikkan menjadi 200 mcg (2 hisapan) bila perlu.
* Dewasa : 100-200 mcg (1-2 hisapan), 3-4 kali sehari

Ø Inhalasi cair

* Dewasa dan anak >18 bulan : 2,5 mg diberikan sampai 4 kali sehari atau 5 kali bila perlu.
* Catatan : manfaat terapi ini pada anak

Ø Injeksi subkutan atau intramuscular

* Dosis : 500 mcg diulang tiap 4 jam bila perlu

Ø Injeksi intravena lambat

* Dosis : 250 mcg, diulang bila perlu

Sediaan inhalasi cair banyak digunakan di rumah sakit untuk mengatasi asma akut yang berat, sedangkan injeksi digunakan untuk mengatasi penyempitan saluran nafas yang berat. Bentuk sediaan lain, seperti tablet, sirup dan kapsul digunakan untuk penderita asma yang tidak dapat menggunakan cara inhalasi. Dari berbagai bentuk sediaan yang ada, pemberian salbutamol dalam bentuk inhalasi aerosol cenderung lebih disukai karena selain efeknya yang cepat, efek samping yang ditimbulkan lebih kecil jika dibandingkan sediaan oral seperti tablet. Bentuk sediaan ini cukup efektif untuk mengatasi serangan asma ringan sampai sedang, dan pada dosis yang dianjurkan, efeknya mampu bertahan selama 3-5 jam. Beberapa keuntungan penggunaan salbutamol dalam bentuk inhalasi aerosol, antara lain:

v Efek obat akan lebih cepat terasa karena obat yang disemprotkan/dihisap langsung masuk ke saluran nafas.

v Karena langsung masuk ke saluran nafas, dosis obat yang dibutuhkan lebih kecil jika dibandingkan dengan sediaan oral.

v Efek samping yang ditimbulkan lebih kecil dibandingkan sediaan oral karena dosis yang digunakan juga lebih kecil.

Namun demikian, penggunaan inhalasi aerosol ini juga memiliki kelemahan yaitu ada kemungkinan obat tertinggal di mulut dan gigi sehingga dosis obat yang masuk ke saluran nafas menjadi lebih sedikit dari dosis yang seharusnya. Untuk memperbaiki penyampaian obat ke saluran nafas, maka bisa digunakan alat yang disebut spacer (penghubung ujung alat dengan mulut).

Sangat penting untuk mengetahui bagaimana cara penggunaan inhalasi aerosol yang benar. Mengapa? Karena cara pakai yang salah bisa berakibat kegagalan terapi. Cara yang benar adalah dengan menghisapnya secara perlahan dan menahan nafas selama 10 detik sesudahnya.

Kontraindikasi dari obat ini adalah untuk penderita yang hipersensitif terhadap salbutamol maupun salah satu bahan yang terkandung di dalamnya. Adapun efek samping yang mungkin timbul karena pamakaian salbutamol, antara lain: gangguan sistem saraf (gelisah, gemetar, pusing, sakit kepala, kejang, insomnia); nyeri dada; mual, muntah; diare; anorexia; mulut kering; iritasi tenggorokan; batuk; gatal; dan ruam pada kulit (skin rush). Untuk penderita asma yang disertai dengan penyakit lainnya seperti: hipertiroidisme, diabetes mellitus, gangguan jantung termasuk insufisiensi miokard maupun hipertensi, perlu adanya pengawasan yang lebih ketat karena penggunaan salbutamol bisa memperparah keadaan dan meningkatkan resiko efek samping. Pengawasan juga perlu dilakukan pada penderita asma yang sedang hamil dan menyusui karena salbutamol dapat menembus sawar plasenta. Untuk meminimalkan efek samping maka untuk wanita hamil, sediaan inhalasi aeorosol bisa dijadikan pilihan pertama. Penggunaan salbutamol dalam bentuk sediaan oral pada usia lanjut sebaiknya dihindari mengingat efek samping yang mungkin muncul.

Beberapa hal penting yang perlu diketahui oleh para pengguna salbutamol untuk mengatasi asma, adalah sebagai berikut:

v Sebaiknya tidak menggunakan obat ini jika memiliki riwayat alergi terhadap salbutamol atau bahan-bahan lain yang terkandung di dalamnya.

v Untuk sediaan oral, sebaiknya diminum 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan.

v Telan tablet salbutamol dan jangan memecah maupun mengunyahnya.

v Untuk sediaan inhalasi, kocok dulu sebelum digunakan dan buang 4 semprotan pertama jika menggunakan inhaler baru atau inhaler yang sudah tidak terpakai selama lebih dari 2 minggu.

v Sebaiknya berkumur setiap kali sehabis mengkonsumsi salbutamol supaya tenggorokan dan mulut tidak kering.

v Jika dibutuhkan lebih dari 1 hisapan dalam sekali pemakaian, maka beri jarak waktu minimal 1 menit untuk setiap hisapan.

v Simpan obat pada suhu kamar agar stabil (aerosol: 15-25o C; inhalasi cair: 2-25o C dan sirup: 2-30o C)

v Jika ada dosis yang terlewat, segera minum salbutamol yang terlewat. Namun jika waktu yang ada hampir mendekati waktu pengonsumsian selanjutnya, lewati pengonsumsian yang tertinggal kemudian lanjutkan mengkonsumsi salbutamol seperti biasa. Jangan pernah mengkonsumsi 2 dosis dalam sekali pemakaian.

v Obat-obat golongan beta blocker, seperti: propanolol, metoprolol, atenolol, dll bisa menurunkan efek salbutamol.

v Penggunaan salbutamol dosis tinggi bersamaan dengan kortikosteroid dosis tinggi akan meningkatkan resiko hipokalemia.

v Asetazolamid, diuretik kuat dan thiazida dosis tinggi akan meningkatkan resiko hipokalemia jika diberikan bersamaan dengan salbutamol dosis tinggi pula.

v Penggunaan salbutamol bersama dengan obat golongan MAO-inhibitor (misal: isocarboxazid, phenelzine) bisa menimbulkan reaksi yang serius. Hindari pemakaian obat-obat golongan ini 2 minggu sebelum, selama maupun sesudah konsumsi salbutamol.

Asma merupakan penyakit yang membutuhkan terapi jangka panjang sehingga perlu dilakukan monitoring terhadap perkembangannya secara terus-menerus untuk melihat apakah obat yang diberikan cocok atau tidak. Ada kalanya asma tidak cukup diatasi hanya dengan satu macam obat saja, sehingga perlu penambahan obat (kombinasi obat). Maka dari itu, pengetahuan akan salah satu jenis obat saja tidak cukup karena masih banyak obat selain salbutamol yang tentu saja memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Agar tujuan terapi tercapai, maka penderita asma dianjurkan tetap proaktif dan semangat dalam mengatasi penyakitnya. Pengendalian asma yang tepat akan mampu meningkatkan kualitas hidup penderita asma sehingga bisa menjalani hidupnya secara menyenangkan. Dan satu hal yang perlu diingat: jangan biarkan asma mengendalikan hidup Anda, tetapi Andalah yang harus mengendalikan asma.

peralatan dan sistem penunjangan farmasi industri

Peralatan dan Sistem Penunjang Farmasi Industri



Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat memiliki rancang bangun dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk obat terjadi secara seragam dari batch ke batch serta untuk memudahkan pembersihan dan peralatannya.
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan kontruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan di kualifikasi dengan tepat, agar mutu obat  terjamin sesuai desain serta seragam dari bats ke bats dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan. Peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi, absorpsi yang dapat mempengaruhi indentitas, mutu dan kemurnian. Penempatan alat disesuaikan dengan alur produksi, mempunyai jadwalpreventive maintenance dan mempunyai system cleaning yang telah tervalidasi untuk mencegah kontaminasi silang. Peralatan satu sama lain ditempatkan pada jarak yang cukup untuk menghindari kesesakan serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan campu-baur produk. Peralatan dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau pencemaran yang bisa mempengaruhi indentitas, mutu atau kemurnian dari produk.
Syarat-syarat peralatan yang ditentukan CPOB adalah sebagai berikut:
Desain dan konstruksi
  1. Peralatan yang digunakan tidak boleh bereaksi atau menimbulkan akibat bagi bahan yang diolah.
  2. Peralatan dapat dibersihkan dengan mudah baik bagian dalam maupun bagian luar serta peralatan tersebut tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan terhadap produk.
  3. Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan bahan kimia yang mudah terbakar, atau ditempatkan di daerah di mana digunakan bahan yang mudah terbakar, hendaklah dilengkapi dengan perlengkapan elektris yang kedap eksplosif serta dibumikan dengan sempurna.
  4. Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, menguji dan mencatat hendaklah dikalibrasi menurut suatu program dan prosedur yang tepat.
Pemasangan dan penempatan
1.      Pemasangan dan penempatan peralatan diatur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat berjalan secara efektif dan efisien.
2.      Saluran air, uap, udara bertekanan atau hampa udara hendaklah dipasang sedemikian rupa sehingga mudah dicapai selama kegiatan berlangsung.
3.      Tiap peralatan utama hendaklah diberi nomor pengenal yang jelas.
4.      Semua pipa, tangki, selubung pipa uap atau pipa pendingin hendaklah diberi isolasi yang baik untuk mencegah kemungkinan terjadinya cacat dan memperkecil kehilangan energi.
5.      Sistem-sistem penunjang seperti sistem pemanas, ventilasi, pengatur suhu udara, air minum, kemurnian air, penyulingan air dan fasilitas yang lainnya hendaklah divalidasi untuk memastikan bahwa sistem-sistem tersebut senantiasa berfungsi sesuai dengan tujuan.
Pemeliharaan
1.      Peralatan dirawat menurut jadwal yang tepat agar tetap berfungsi dengan baik dan mencegah terjadinya pencemaran yang dapat merubah identitas, mutu atau kemurnian produk.
2.      Prosedur-prosedur tertulis untuk perawatan peralatan dibuat dan dipatuhi.
3.      Catatan mengenai pelaksanaan pemeliharaan dan pemakaian suatu peralatan utama dicatat dalam buku catatan harian. Catatan untuk peralatan yang digunakan khusus untuk satu produk saja dapat dimasukkan ke dalam catatan produksi batch produk tertentu.
Kualifikasi dan Validasi Mesin dan Peralatan Produksi
Validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang disebut dengan kualifikasi. Jadi, kualifikasi adalah istilah yang digunakan untuk validasi mesin, peralatan produksi maupun sarana penunjang. Kualifikasi mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang merupakan langkah pertama (first step) dalam pelaksanaan validasi di industri farmasi. Seluruh kegiatan validasi di industri farmasi diawali dengan pelaksanaan program kualifikasi ini. Validasi metode analisa, validasi proses produksi, validasi proses pengemasan, serta validasi pembersihan tidak bisa dilakukan tanpa melakukan kualifikasi mesin, peralatan produksi serta sarana penunjang terlebih dahulu.
Bagian kalibrasi dan validasi bertanggung jawab terhadap kalibrasi alat ukur (neraca timbang, termohigrometer, gelas ukur, dll), kualifikasi dan validasi. Kalibrasi dilakukan sesuai jadwal yang ditetapkan. Kalibrasi terhadap alat ukur yang dilakukan menggunakan kalibrator setiap tahun dikalibrasi oleh instansi atau kalibrasi nasional.

Kebersihan dan Sanitasi Peralatan
1.    Setelah  digunakan, peralatan hendaklah dibersihkan baik bagian luar maupun bagian dalam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, serata dijaga dan dsimpan dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah dihilangkan.
2.    Metode pembersihan dengan cara vakum atau cara basah lebih dianjurkan. Udara bertekanan dan sikat hendaklah digunakan dengan hati-hati dan sedapat mungkin dihindari karena menambah periko pencemaran produk.
3.    Pembersihan dan penyimpanan peralatan yang dapat dipindah-pindahkan dan penyimpanan bahan pembersih hendaklah dilaksanakan dalam ruangan yang terpisah dari ruangan pengelolaan.
4.    Prosedur tertulis yang cukup rinci untuk pembersihan dan sanitasi peralatan serta wadah yang digunakan dalam pembuatan obat hendaklah dibuat, divalidasi dan ditaati. Prosedur ini hendaklah dirancang agar pencemaran peralatan oleh agens pembersih atau sanitasi dapat dicegah. Prosedur ini setidaknya meliputi penanggung jawab pembersihan, jadwal, metode, peralatan dan bahan yang dipakai dalam pembersihan serta metode pembokaran dan perakitan kembali peralatan yang mungkin diperlukan untuk memastikan pembersihan yang benar terlaksana. Jika perlu, prosedur juga meliputi sterilisasi peralatan, penghilangan identitas bets sebelumnya serta perlindungan peralatan yang telah bersih terhadap pencemaran sebelum digunakan.
5.    Peralatan mengenai pelaksanaan pembersihan, sanitasi, sterilisasi dan inspeksi sebelum penggunaan peralatan hendaklah disimpan secara benar.
6.    Disinfektan dan deterjen hendaklah dipantau terhadap pencemaran mikroba, enceran disinfektan dan deterjen hendaklah disimpan dalam wadah yang sebelumnya telah dibersihkan dan hendaklah disimpan untuk jangka waktu terteuntu kecuali bila disterilkan.
Setiap ruang dan peralatan  yang akan di gunakan untuk proses produksi harus telah dibersihkan dan telah diperiksa kebersihannya. Peralatan yang digunakan harus dijaga sanitasi dan higienutasnya. Setiap selesai proses produksi satu jenis obat, peralatan harus dibersihkan sebelum diunakan untuk memproduksi obat lain. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kontaminasi dari produk sebelumnya.
Untuk menjaga sanitasi dan hygiene peralatan, setiap selesai memproduksi satu jenis obat peralatan harus selalu dibersihkan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang dengan produk selanjutnya yang akan dibuat. Prosedur pembersihan harus tervalidasi. Peralatan yang digunakan setelah produksi segera dibersihkan yatiu dengan cara menggunakan air kemudian didesinfeksi dengan anios EAS 1,5 – 2% dan alcohol 70 %. Bahan sanitasi yang digunakan tidak boleh mencemari peralatan. Sanitasi ruangan produksi dilakukan dengan menggunakan HEPA filter dan kemudian dilakukan fumigasi menggunakan anios 2R. Setiap proses sanitasi ruangan harus terdokumentasi dengan baik.

Sistem Penunjang

1.      Sistem Tata Udara
Salah satu faktor yang menentukan kualitas obat adalah kondisi lingkungan tempat di mana produk tersebut dibuat/diproduksi. Kondisi lingkungan yang kritis terhadap kualitas produk, antara lain adalah :
· Cahaya,
· Suhu,
· Kelembabab relatif (RH),
· Kontaminasi Mikroba, dan
· Kontaminasi partikel

Sebagai upaya untuk mengendalikan kondisi lingkungan tersebut, maka setiap industri farmasi diwajibkan untuk memiliki Sistem Tata Udara (Air Handling System/AHS). Seluruh regulatory code (WHO TRS 902/2002; WHO TRS 908/2003 dan PIC/S 2006) mensyaratkan Sistem Tata Udara (Air Handling System/AHS) harus dikendalikan dan dikualifikasi. AHS sering juga disebut dengan HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning). Sistem Tata Udara tidak hanya mengontrol suhu ruangan (seperti halnya AC konvensional) melainkan juga kelembaban, tingkat kebersihan (sesuai dengan kelas ruangan yang dipersyaratkan), tekanan udara, dan sebagainya. Sistem tata udara yang digunakan tergantung dari jenis produk yang dibuat dan tingkat kelas ruang yang digunakan, misalnya ruang produksi streil dan sebagainya
penentuan kelas ditentukan oleh parameter-parameter sebagai berikut:
Beberapa hal baru yang diatur dalam CPOB Terkini (CPOB: 2006) dibanding dengan CPOB yang lama (2001) antara lain adalah :
·         Jumlah partikel pada kondisi at rest (kondisi statis) dan in operation(kondisi dinamis).
·          Batasan kontaminasi mikro (CFU= Colli Form Unit) untuk monitoring udara ruang bersih.
·          Preparasi dan pengisian aseptik berada diruang kelas A (IA) dengan latar belakang ruang kelas B (IB), sedangkan pada CPOB (2001) preparasi dan pengisian aseptik di ruang kelas A (IA) dengan latar belakang ruang kelas C (II).
·          Larangan penggunaan flter dari asbes.
·         Monitoring bioburden (frekuensi dan metode) pada produk, air dan lingkungan di kelas bersih.
2.      HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning)
Salah satu sistem penunjang lain yaitu HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning). Tujuan dari HVAC, yaitu:
  1. Mencegah kontaminasi silang
  2. Mengkondisikan fasilitas sesuai dengan yang dipersyaratkan dengan parameter : suhu, ruangan, perbedaan tekanan udara antar ruangan, arah aliran udara, jumlah pergantian udara, kelembaban relatif dan konsentrasi partikel.
  3. Memberikan kenyamanan dalam menjalankan tugas dan aktivitas.
Komponen HVAC
a.      Air handling unit (AHU) merupakan unit mesin pengolahan udara yang dirancang untuk mengkondisikan temperatur, kelembaban, tekanan udara ruangan, pengontrolan jumlah partikel dan pergantian udara didalam ruang produksi pada setiap jamnya. Udara tekan adalah udara yang dimampatkan dengan menggunakan kompresor udara. Udara yang dihasilkan kemudian di-treatment agar kotoran (misal partikel, water content / PDP dan oil carry over) bisa terkontrol dan tidak ikut terbawa ke dalam saluran penyaluran udara tekan yang menuju user point-nya sendiri.
b.      Chiller unit
Dari alat ini dihasilkan udara sejuk (7º)
c.       Cooling/heating Coil System
Berfuingsi mengubah kondisi temperatur udara sesuai dengan media yang dimasukan atau dilewatkan.
d.      Laminar Air Flow
Merupakan alat yang dilengkapi dengan HEPA (High Efficiency Particullar Air) yang dapat menghasilkan udara berarah tunggal dengan kualitas yang dipersyaratkan.
e.       Dust Collector
Berfungsi menyedot atau mengumpulkan partikel-partikel debu yang dihasilkan dalam suatu proses produksi sehingga tidak mengkontaminasi ruangan yang lain.

Air compress
Udara tekan adalah udara yang dimampatkan dengan menggunakan kompresor udara. Dalam proses produksi digunakan untuk kebutuhan pelayananpneumatic system pada mesin produksi. Udara yang dihasilkan kemudian ditreatment agar kotoran bisa terkontrol dan tidak ikut terbawa ke dalam saluran penyaluran udara tekan yang menuju user point –nya sendiri, misalnya untuk ruang steril dilakukan penyaringan kembali terhadap bakteri.
Proses tersedianya tenaga uap (steam yaitu karena adanya perubahan air yang dalam fase cair mejadi air dalam fase gas dengan tekanan tinggi melalui proses pemanasan menggunakan sebuah ketel uap/boiler. Alat yang digunakan untuk menghaislkan steam yaitu steam boiler yang memiliki kapsitas 3600 kg/h. Jenissteam yang digunakan ada 2 macam,yaitu:
1.      Plant steam, digunakan untuk pemanasan secara tidak langsung. Steamdialirkan melalui heating coil dan energi panasnya digunakan untuk pemanasan pada proses produksi.
2.      Clean steam, adalah steam bersih yang tidak mengandung partikel, biasanya digunakan untuk pemansan dengan kontak langsung misalnya digunakan pada alat autoclave, air yang digunakan sebagai feed water (air umpan) yaitu air murni (HPW).

3.      Pengolahan Air untuk Industri
Air baku sebagai kebutuhan produksi pabrik yang cukup vital menjadi tanggung jawab bagian teknik. Air baku yang di gunakan untuk keperluan pabrik di peroleh dari 3 sumur artesis dengan kedalaman 120 m dengan kapasitas 11 liter per detik. RAW Water ini dipompa ke permukaan dan ditampung dalam 3 storage tank dengan kapasitas 3 x @ 50 myang di gunakan untuk proses produksi dan keperluan lainnya serta sebuah storage tank dengan kapasitas  120m3yang di tanam didalam tanah yang digunakan untuk fasilitas hydrant. Kemudian Raw Water tersebut di proses untuk menghasilkan air dengan kualitas purified water  dan water for injection.
Preventive maintenance merupakan usaha untuk menjaga kondisi sarana produksi agar senantiasa dalam kondisi siap pakai. Pemeriksaan terhadap seluruh peralatan yang akan dipakai, dilakukan sesuai dengan SOP. Keberadaan fasilitas hydrant untuk penanganan kebakaran merupakan salah satu preventive maintenance yang merupaka salah satu persaratan CPOB.. Air hydrant diperiksa setiap hari oleh bagian teknik untuk mencegah kekosongan pada saat di butuhkan.
Air yang harus dipersiapkan sebagai air baku adalah air biasa, HPW dan WFI. Proses penyiapan HPW dimulai dengan pengambilan air yang berasal dari sumur artesis kemudian ditampung di tank penyimpanan yang secara berkelanjutan ditambahkan sodium hipokloride (NaOCl) untuk membunuh bakteri. Proses selanjutnya yaitu air yang mengandung klorin dilewatkan melalui multi media filter untuk menyaring partikel kasar dan zat organik. Setelah itu masuk ke karbon filter untuk menetralkan klorin dan setelah disaring dengan karbon filter dilakukan penyaringan dengan menggunakan filter 10 μm. Setelah proses penyaringan, air dilewatkan melalui kation bed untuk mengikat kation dengan menggunakan resin penukar kation dan anion bed untuk mengikat anion dengan menggunakan resin penukar anion dan dilewatkan ke mix bed (gabungan resin penukar kation dengan anion) untuk mencegah adanya kation dan anion yang terlewat saat dilewatkan melalui resin penukar ion sebelumnya. Setelah dilewatkan ke resin penukar ion, air kemudian disaring dengan menggunakan filter 1 μm, filter 0,5 μm kemudian disinari UV sebelum melalui filter 0,2 μm kemudian dipanaskan dengan menggunakan Plate Heat Exchanger (PHE) suhu 90-93o Csebelum dimasukkan ke dalam strorage tank. HPW yang ada di strorage tank kemudian didistribusikan ke bagian produksi yang dibutuhkan.
Untuk mendapatkan WFI, HPW yang ada di storage tank kemudian dialirkan menuju alat pembuatan WFI. HPW ini kemudian ditampung dalam double jacket tank (didinginkan dengan chiller) kemudian masuk side tank. Setelah itu, air yang telah didinginkan masuk ke Finn Aqua Destilator. Pada proses destilasi ini terdapat 5 kolom. Kolom pertama (139° C) digunakan untuk menguapkan HPW yang digunakan sebagai steam untuk menguapkan HPW yang ada di kolom 2 (130°C). setelah HPW yang ada di kolom 2 didestilasi, akan masuk ke kolom 3 (123°C), kolom 4 (118°C) dan kolom 5 (114° C) sudah diperoleh WFI dan dialirkan ke masing-masing user point. Penyimpanan WFI dalam tank harus dijaga agar senantiasa tersirkulasi dengan dijaga suhu 80-90° C.
Bagian ini juga memeriksa air yang digunakan untuk produksi seperti WFI secara harian. Pemeriksaan antara lain meliputi pemeriksaan konjutifitas, pH, kandungan klor dalam air. Pada setiap proses pengolahan air terdapat titik-titik pengambilan sampel. Kemudian dari sampel tersebut diperiksa menggunakan parameter yang ada sehingga air yang digunakan dalam proses produksi merupakan air yang memenuhi persyaratan. Jika ada masalah seperti pH air < 5 atau > 7 (syarat pH raw water 5-7) maka bagian QC akan mengeluarkan LPM (Laporan Penyimpanan Mutu) pada pihak produksi sementara waktu untuk dilakukan investigasi. Bagian QC akan bekerja sama dengan bagian teknis untuk memperbaiki alat agar menghasilkan air yang memenuhi persyaratan.